FAJAR.CO.ID, BANTAENG – Bupati Bantaeng, Ilham Syah Azikin meminta Dini Aminarti berdiri dari tempat duduknya. Dia lalu diperkenalkan sebagai satu-satunya siswa yang lolos dalam program sehari menjadi Bupati yang digelar Forum Anak Butta Toa (FABT), beberapa waktu lalu.
Dini diperkenalkan di hadapan ratusan guru dalam acara temu pendidik Nusantara di Lapangan Pelti, Sabtu (27/8). Ilham Azikin menceritakan seperti apa Dini saat menjadi Bupati dalam sehari.
Bagi Ilham Azikin, Dini adalah murid yang cerdas. Hal itu terbukti ketika siswa SMAN Bantaeng ini memimpin apel saat menjadi bupati sehari yang merupakan program FABT.
“Saya yakin, guru yang ada di sini belum tentu siap kalau saya suruh pimpin apel di hadapan para Kadis saya. Dini ini siap, dia berpidato dengan baik di hadapan kepala dinas,” jelas dia.
Dari perspektif ini, Ilham Azikin mengakui Dini sebagai orang yang cerdas. Dia memiliki kesiapan secara keilmuan untuk menyampaikan tentang gagasannya.
“Tetapi di mobil saya dibuat sedih sama anak ini,” kata Ilham Azikin.
“Saya sempat tanya; apa kata orangtua mu begitu kamu tahu jadi bupati sehari ini? jawabannya ternyata bikin sedih,” tambah Ilham Azikin.
“Ternyata Dini ini orang tuanya sudah tidak ada di Bantaeng. Dia tidak kenal ibunya, karena sejak kecil ibunya kerja di luar negeri dan tidak pernah kembali. Bapaknya, ternyata juga kerja di luar negeri. Dini hanya tinggal berdua dengan adiknya,” jelas dia.
Dini terlihat meneteskan air mata. Dia lalu kembali berdiri, dan memeluk Bupati Bantaeng sambil menangis. Pemandangan itu membuat guru-guru yang hadir ikut terharu. Beberapa di antaranya malah meneteskan air mata.
Ilham Azikin menceritakan jika selama ini Dini berjuang bersama adiknya untuk melanjutkan pendidikan. Keduanya dibantu oleh keluarga jauh dan tetangga-tetangganya.
Kisah kedua adalah tentang Ardi alias Aco. Dia adalah pemuda Lembang-Lembang. Pekerjaannya adalah pemulung. Beberapa tahun lalu, video Aco menjadi viral setelah tertangkap kamera sedang mengajar anak-anak pemulung lainnya di pinggir jalan.
“Kemarin Aco datang menemui saya di Rujab. Dia minta bantuan, katanya mau kuliah di Jogjakarta,” kata Ilham Azikin.
Bupati bergelar doktor pemerintahan ini kemudian menawarkan alternatif lain kepada Aco. Ada dua alternatif, kuliah di Amkop atau belajar di AKOM. Tetapi Aco menolak kedua tawaran itu.
“Saya kan dosen Amkop juga, jadi bisa loloskan Aco kuliah gratis di Amkop. Tetapi Aco menolak. Ini sudah bupati yang menawarkan, dia tetap menolak,” kata dia.
Ilham Azikin kemudian mencoba menggali alasan Aco menolak tawarannya itu. Ternyata, Aco memang sudah bercita-cita untuk kuliah di Jogjakarta. Dia juga ingin membuktikan bahwa anak pemulung bisa kuliah di Jogjakarta, di tempat berkelas.
“Ternyata Aco ini ingin memperlihatkan ke saudara-saudaranya bahwa dia bisa. Aco ini ada 12 bersaudara, dia anak kelima,” kata dia.
Ilham Azikin menambahkan, dua kisah ini memberikan inspirasi jika sekolah memiliki peran yang sangat penting untuk pembentukan karakter siswanya. Dia mengatakan, kisah Dini dan Aco menggambarkan jika pembentukan karakter dari sekolah itu penting di lakukan.
“Bahwa membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) dimulai dari rumah tangga itu memang betul. Tetapi tidak sepenuhnya betul. Rumah tangga penting untuk anak-anak kita, tetapi jauh lebih penting pembentukan karakter dari sekolah,” kata Ilham Azikin.
Pendekatan Spesifik
Dalam kesempatan itu, Ilham Azikin juga menekankan kepada para guru terkait pentingnya pendekatan dalam pola mengajar. Dia menyebut, sudah saatnya dilakukan pendekatan secara spesifik kepada siswa saat proses mengajar.
“Sudah saatnya pendekatan kepada siswa harus spesifik. Bukan lagi pendekatan general,” jelas dia.
Dia juga berharap, agar guru terus melakukan pengembangan minat terhadap siswanya. Dia berharap, tidak ada lagi siswa yang dipaksa terhadap apa yang tidak menjadi bakatnya.
“Pengenalan itu sudah cukup. Tetapi jangan dipaksakan,” jelas dia.
Dia berharap, tidak ada lagi anak-anak Bantaeng yang salah memilih jurusan untuk pengembangan bakatnya. Menurutnya, guru memegang peranan yang penting untuk mewujudkan cita-cita anak muridnya.
“Kita tentu tidak ingin ada lagi kecelakaan sejarah di generasi ini. Kita tidak ingin ada anak-anak kita yang sudah kelas 3 SMA dia masih bingung mau jadi apa nantinya,” jelas dia.
Kegiatan Temu Pendidik Nusantara (TPN) 9 ini digelar oleh Komunitas Guru Belajar (KGB) Bantaeng. Ketua KGB Bantaeng, Hadrawi mengaku berterimakasih kepada pemerintah Kabupaten Bantaeng yang membuka ruang yang lebar untuk kegiatan seperti ini.
Dia menambahkan, kegiatan ini pada dasarnya adalah untuk mendorong tumbuhnya pengembangan pendidikan di Bantaeng. Berbagi praktik baik sesama guru, tentu akan mendorong terciptanya praktik baik pada guru.
“Momentum ini kita lakukan untuk menggugah agar para guru boleh berhenti untuk melakukan praktik baik,” jelas dia. (*)