FAJAR.CO.ID, BANTAENG – Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Dirjen Perikanan Budidaya, menjadikan Bantaeng sebagai kampung perikanan yang memiliki Kebun Bibit Rumput Laut (KBRL).
BPBAP Takalar bakal menjadikan kelurahan Lamalaka, Kecamatan Bantaeng sebagai daerah penghasil bibit rumput laut berkualitas di wilayah selatan Sulsel.
Hal itu diungkapkan oleh kepala BPBAP Takalar, Nur Mufhlich Junianto saat memberikan bantuan 30.000 kilogram bibit rumput laut berkualitas di Kelurahan Lamalaka, Jumat (12/8). Dalam kesempatan itu, dia menyebut, Bantaeng memang memiliki potensi yang besar untuk pengembangan bibit rumput laut.
“Memang sejak dulu kami sudah mengetahui potensi rumput laut di Bantaeng. Jadi memang sangat pas, kalau daerah ini bisa memproduksi bibit berkualitas,” jelas dia.
Dia menambahkan, BPBAP Takalar pada tahap pertama ini menyerahkan bantuan bibit berkualitas dan sarana dan prasarana kepada petani rumput laut di Bantaeng. Dia berharap, bantuan ini dapat membentuk kelompok-kelompok pembudidaya yang mandiri.
“Dari kebun bibit ini, kita ingin outputnya, petani Bantaeng memiliki kemandirian. Dari bibit ini diharapkan bisa disebarkan ke petani-petani lainnya di Bantaeng,” jelas dia.
Dia menambahkan, tidak menutup kemungkinan, bantuan lainnya akan terus diserahkan kepada petani di Bantaeng. Menurutnya, bantuan bibit rumput laut ini setidaknya menggambarkan sinergitas antara pemerintah kabupaten dengan BPBAP Takalar.
“Ini adalah pemicu awal sinergi antara pemerintah, BPBAP Takalar dan pihak swasta. Ke depannya, agar bisa lebih besar produksinya,” jelas dia.
Kultur Jaringan
Kepala BPBAP Takalar, Nur Mufhlich Junianto juga sempat menyinggung rencana pengembangan Balai Benih Ikan (BBI) Rappoa menjadi Lab Kultur Jaringan untuk rumput laut.
Dia berharap, rencana pengembangan BBI menjadi lab kultur jaringan bisa dapat diwujudkan agar produksi benih rumput laut berkualitas bisa semakin terwujud di Bantaeng.
“Kita di BPBAP Takalar tentu saja akan siap mewujudkannya. Apalagi kalau sudah ada rekomendasi dari pemerintah daerah,” jelas dia.
Sekedar diketahui, Kultur jaringan merupakan teknik rekayasa untuk memperbanyak bibit rumput laut.
Perbanyakan tersebut dilakukan dengan cara pengambilan jaringan dari induk rumput laut yang unggul untuk kemudian dilakukan pembesaran di laboratorium. Beberapa BPBAP di Indonesia sudah memiliki Lab Kultur jaringan ini, salah satunya di BPBAP Ambon.
Bupati Bantaeng, Ilham Syah Azikin memberikan apresiasi terhadap BPBAP Takalar yang senantiasa memberikan perhatian kepada petani rumput laut Takalar. Bupati begelar doktor pemerintahan ini mengaku terkesan dengan Lab Kultur Jaringan yang ada di Ambon.
“Saya pernah ke Ambon, saat itu, kepala BPBAP Ambonnya, pak Mufhlich sendiri. Saya jauh-jauh ke Ambon untuk melihat lab kultur jaringan yang dikelola pak Mufhlich. Semoga setelah pak Mufhlich di sini, Lab kultur jaringannya bisa ada juga di Bantaeng,” kata dia.
Lindungi Kesehatan Kulit Nelayan
Dalam kesempatan itu, pemerintah Kabupaten Bantaeng juga menandatangani kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Unhas. Kerja sama ini berkaitan dengan pendampingan dan penyuluhan kesehatan kulit untuk petani rumput laut nelayan di Bantaeng.
Ketua Departemen Dermatologi dan Venereologi, Dr dr Siswanto Wahab mengatakan, kerja sama ini terkait dengan pemeriksaan pengobatan dan pendampingan kesehatan untuk nelayan rumput laut yang ada di Bantaeng.
Dia menyebutkan, nelayan rumput laut memang adalah kelompok yang paling rentan terhadap kontak iritan yang menyebabkan penyakit kulit.
“Ini adalah ikhtiar saya untuk berbuat baik di Bantaeng. Saya yakin, jika petani rumput laut di Bantaeng ini sehat semua, tentu pertumbuhan ekonomi di Bantaeng bisa lebih pesat lagi,” kata dia.
Bupati Bantaeng, Ilham Syah Azikin mengatakan, kegiatan ini adalah bentuk simbolisasi kehadiran pemerintah di tengah masyarakat. Dia mengatakan, ada dua tugas utama pemerintah di masa pandemi Covid-19. Keduanya adalah menjaga derajat kesehatan masyarakat dan membangkitkan ekonomi produktif masyarakat.
“Hari ini, kita melaksanakan dua kegiatan ini bersama-sama,” kata dia.
Dia mengakui, salah satu kendala pada petani rumput laut di Bantaeng adalah kesehatan kulit mereka. Kehadiran Fakultas kedokteran Unhas ini membuktikan jika pemerintah Kabupaten tidak sendiri mengatasi persoalan yang ada di Bantaeng.
“Ada 21,3 kilometer bentangan pantai di Bantaeng. Sebagian besar warga pesisir kita beraktifitas pada rumput laut. Persoalan ini kita minimalisir berkat keberadaan fakultas Kedokteran Unhas,” jelas dia. (*)